Teluk Desa Motandoi Selatan, di Bawah Bayang-bayang Kajari Kotamobagu

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Laporan Khusus: jurnalis instink.net, Faisal Manoppo

SEOLAH TAK MENGGUBRIS, AMBISI REKLAMASI DI TELUK DESA MOTANDOI SELATAN, PROVINSI SULAWESI UTARA, TERUS BERJALAN MESKI MELABRAK ATURAN. TAMPAK SARAT SIASAT BAHWA IZIN REKLAMASI MUDAH DIBUAT KEMUDIAN.

Pada permulaan menghadapi bulan puasa Ramadan Maret 2023, hampir 200 kepala rumah tangga yang bermukim di pesisir Teluk Desa Motandoi Selatan mengalami krisis air bersih. Tong air tempat berwudhu di masjid kosong. 80 rumah warga yang berada di teluk pesisir tidak lagi tersaluri air bersih. Air dalam pipa berjalan sangat pelan. Warga terpaksa mengayuh air dalam kubangan tanah pada saluran terpotong yang tidak lancar.

Peristiwa tak lazim ini dinilai tiba-tiba terjadi bersamaan dengan mulai berlangsungnya proyek pembangunan wisata di bukit sisi barat desa. Mata air di hulu menjadi satu-satunya sumber penghidupan masyarakat pesisir selama bertahun-tahun disinyalir kuat tersedot memasok kebutuhan kepentingan proyek milik keluarga.

Hingga Januari 2024, krisis air bersih masih dialami warga pesisir Motandoi Selatan. Kendati diakui warga tidak separah tahun sebelumnya, pasokan air hanya datang sewaktu-waktu. Tergantung kebutuhan air di tempat wisata baru itu. Semakin besar kebutuhan air yang diperlukan oleh pengembang wisata, harapan masyarakat kedapatan sisa air bersih kian pupus. “Iya, proyek itu milik Pak Jaksa (pejabat jaksa, red) untuk dijadikan tempat wisata,” ucap seorang tokoh agama di desa itu.

Distribusi air tidak tersalur adil bagi masyarakat pesisir. Hal ini bisa berlangsung panjang jika tidak ditemukan solusinya. Menurut seorang warga di pesisir itu, pihak pengembang wisata berjanji akan membangun sebuah bak mata air di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir Teluk Motandoi Selatan. “Katanya akan mereka sediakan dengan mencari sumber mata air baru yang ada di bukit lainnya,” tambahnya saat ditemui instink.net, Kamis 18 Januari 2024.

Kepala Desa Motandoi Selatan, Kasran Paputungan, mengakui terjadinya krisis air bersih di desanya sudah berlangsung sejak lama. Warga yang bermukim tidak jauh dari pesisir juga sulit mendapatkan air bersih. Hanya beberapa saja yang memiliki sumur bor, pun itu warga yang mampu. “Saya saja mengambil air di desa sebelah (Desa Motandoi). Jadi, (krisis air) bukan nanti saat ini, tapi sudah lama,” ucapnya pada wawancara di kediamannya, Kamis malam itu.

Ia menerangkan, pemerintah desa berencana akan membangun saluran air dari sumber mata air yang baru, dan tidak lagi menggunakan sumber air yang sudah ada sebelumnya. Menurutnya, bak air yang di bangun oleh pemerintah beberapa tahun lalu itu tidak lagi mampu memasok kebutuhan air di desa. “Masih ada lagi sumber mata air di gunung, belakang kampung, tapi masih akan di survey dulu,” ucapnya.

 Tabrak Izin Kemudian

Lokasi wisata Teluk "H2M'' Desa Motandoi Selatan tampak mulai rampung dibangun.

Lokasi wisata Teluk “H2M” Desa Motandoi Selatan tampak mulai rampung dibangun, Januari 2024. (Foto: Instink.net/Faisal Manoppo)

Derita warga pesisir Motandoi Selatan tidak hanya sampai di sisi itu. Sejumlah nelayan juga terpaksa harus kehilangan sumber mata pencahariannya. Spot teluk pantai yang biasa menjadi tempat bagan dan soma (jaring lingkar) tangkap ikan disulap menjadi timbunan tanah dan bebatuan.

1 2 3 4 5 6
Bagikan berita ini:

Comments are closed.

instink.net