Jurnalis Bolmong Gelar Nobar ‘Asimetris’ dan Diskusi Tentang Lingkungan

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Instink.net, KOTAMOBAGU  – Aliansi Jurnalis Bolaang Mongondow Raya, kerja sama dengan kabarmanado.com, menggelar pemutaran film yang berjudul Asimetris. Film dengan durasi 68 menit ini akan diputar di Kampus Universitas Dumoga Kota Kotamobagu, Jumat (14/04/2018) pukul 14.00 WITA besok.

Dalam rilisnya AJBMR menjelaskan, Asimetris merupakan film dokumenter kesembilan dari Ekspedisi Indonesia Biru yang dilakukan videografer Dandhy Dwi Laksono dan Suparta Arz dan didukung oleh Watchdoc. Ekspedisi Indonesia Biru merupakan ekspedisi keliling Indonesia menempuh perjalanan 14 ribu Kilometer mengendarai sepeda motor.

Salah satu sorotannya adalah kepada industri perkebunan kelapa sawit yang luasnya kini mencapai 11 juta hektare atau hampir sama dengan luas pulau Jawa. Selain Kalimantan, kisah yang diangkat juga meliputi Sumatera hingga Papua tengah menghadapi masuknya perkebunan  komoditas dunia itu.

Film ASIMETRIS tak hanya melihat lebih dekat bagaimana dampak industri perkebunan penghasil devisa terbesar itu bagi masyarakat dan lingkungan, juga menyuguhkan bagaimana pengaruh industri ini dalam pemerintahan, aparat keamanan, hingga kalangan media. Bahkan terhadap diri kita dari kamar mandi, dapur, sampai kendaraan.

Film ini juga melihat bagaimana dukungan lembaga-lembaga keuangan global dan siapa saja yang sesungguhnya paling diuntungkan, selain 16 juta rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya pada industri ini.

Karena skala masalah yang dibahas cukup luas dan menghindari hitam putih, tim Ekspedisi Indonesia Biru dibantu 11 videografer dari berbagai daerah untuk mengumpulkan keping-keping cerita di lapangan yang terjadi antara 2015-2018 agar tetap aktual.

Sebelum ASIMETRIS, film dari hasil perjalanan ekspedisi adalah “Samin vs Semen”, “Kala Benoa”, The Mahuzes” dan lima film lainnya yang juga didukung oleh Watchdoc. Sejumlah organisasi lingkungan dan individu-individu juga ikut memberi dukungan, baik sepanjang perjalanan ekspedisi, hingga selesainya proses produksi film ini.

Selain juga karya-karya independen yang diputar di jaringan bioskop seperti “Yang Ketu7uh” (2014), atau ajang festival seperti “Kiri Hijau Kanan Merah” (2009), “Alkinemokiye” (2011), “Belakang Hotel” (2014), “Rayuan Pulau Palsu” (2016), dan “Jakarta Unfair” serta “Epilog” (2017).

Supardi Bado, Koordinator pemutaran film ini mengatakan, bahwa semua pihak bisa datang ikut menonton dan gratis. “Bagi kawan-kawan jurnalis, mahasiswa, aktifis lingkungan, politisi, silahkan datang di Kampus UDK,” ujar Diding akrab Supardi.  

Sementara itu, salah satu Dosen di UDK, Hendratno Pasambuna, menyambut baik pemutaran film ini. Menurutnya, film ini bagus untuk para mahasiswa apalagi soal lingkungan dan masalah kehutanan. “Kami civitas UDK siap kerja sama dengan rekan-rekan jurnalis untuk pemutaran film nanti,”kata Dosen Fakultas Kehutanan ini.

Editor : Mathox Kadullah

Bagikan berita ini:

Comments are closed.

instink.net