Bolsel Bangkit Melawan Arus (7 Tahun Kepemimpinan Herson Mayulu)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Betapa perjuangan telah ditempuh demi memperbaiki taraf hidup masyarakat dan merubah paradigma berpikir kemasyarakatan. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) saat ini sungguh jauh berbeda sembilan tahun sebelumnya. Berihktiar semasa itu tidak mudah. Jatuh-bangunnya Bolsel adalah bentuk kegigihan dalam berjuang.

Alangkah tidak adil bila menilai kepemimpinan Herson Mayulu dan Iskandar Kamaru dalam kurun waktu dua tahun terakhir di masa periode keduanya. Masuk di tahun ke tujuh kepemimpinan Herson Mayulu, arah pembangunan Bolsel berjalan seperti spiral yang meliuk melingkar namun secara konsisten mengarah pada perubahan. Ini menjadi kekuatan yang mampu mendorong Bolsel melesat jauh lebih baik.

Membebaskan Bolsel dari ketertinggalan dan kemiskinan bukan perkara sepele. Wilayah geografis dan demografis Bolsel adalah tantangan utama bagi seorang pemimpin di daerah ini. Buruknya akses jalan nasional hingga di pelosok berdampak luas terhadap sumber mata pencaharian masyarakat pedesaan. Kondisi yang berlangsung menahun ini secara tidak langsung telah membentuk sikap apatis masyarakat. Dampak negatif lainnya juga dirasakan hingga ke sendi-sendi kehidupan seperti sosial-ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

Perlahan namun pasti, ketertinggalan mulai ditinggalkan dengan terciptanya pembangunan di sana-sini. Lorong-lorong mulai di aspal. Peningkatan jalan kebun dan desa telah mempercepat arus mobilisasi ekonomi masyarakat. Pemerintah Bolsel terus membuka ruang dan kesempatan dengan memberikan rangsangan APBD yang berpihak terhadap kepentingan dan kemaslahatan umum. Sektor riil dan non-riil mulai menggeliat dengan ditandai meningkatnya daya beli masyarakat.

Lawan Arus

Langkah menuju perubahan ini ditempuh oleh pemerintah daerah dengan sikap berani melawan segala konsekuensi. Salah satunya secara tegas menolak derasnya arus perusahaan ritel waralaba terbesar di Indonesia, Indomaret dan Alfamart. Kendati harus diakui, tanpa kehadiran dua perusahaan raksasa yang telah menggurita sampai di pelosok desa ini, Bolsel harus tertatih pada angka indeks pertumbungan ekonomi. Namun di satu sisi, pemerintah daerah memberikan kesempatan dan ruang bagi keberlangsungan ekonomi kerakyatan.

Kebijakan nyata yang telah diterapkan oleh pemerintah Bolsel dengan diterbitkannya peraturan daerah yakni pengendalian peredaran minuman beralkohol. Para pengamat ekonomi sudah pasti bisa meramalkan, longgarnya peredaran minuman beralkohol di tengah masyarakat sangat efektif merangsang perbaikan ekonomi. Percepatan destinasi wisata bahari yang disemangati oleh pemerintah Bolsel tentu bakal melambat dampak diberlakukannya pengendalian peredaran minuman beralkohol ini.

Seperti pisau bermata dua. Pemerintah Bolsel berkeyakinan, terkendalinya peredaran minuman beralkohol ini mampu meredam angka kriminalitas serta membentuk moralitas masyarakat yang baik.

Keberpihakan pemerintah Bolsel terhadap kepentingan umum juga dibuktikan dengan memangkas perjalanan dinas anggota DPRD di tahun anggaran 2018. Sikap berani pemerintah Bolsel ini ditempuh pasca diterapkannya PP Nomor 18 tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Peraturan ini mengharuskan pemerintah daerah menaikkan nominal tunjangan anggota DPRD se-Indonesia berkali lipat.

Pada situasi yang sama, ketika di mana-mana pemerintah masih melonggarkan anggaran cukup besar untuk perjalanan dinas pejabat, pemerintah Bolsel mengancing kuat pejabatnya tugas luar daerah. Termasuk belanja-belanja keperluan keseharian kantor ikut dikikis.

Anggaran-anggaran yang dipangkas tersebut digeser untuk kepentingan pembangunan di desa-desa.

Tidak banyak sikap berani pemerintah daerah di Indonesia ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh pemerintah Bolsel. Kebijakan berani pemerintah seperti ini nampak di kota-kota besar yang sudah maju seperti di DKI Jakarta dikenal sosok Ahok, dan Surabaya yang kondang dengan Tri Rismaharini.

Genap tujuh tahun Herson Mayulu—Samir Badu (dua tahun); Samsul Badu (tiga tahun); dan Iskandar Kamaru (dua tahun)—memimpin Bolsel. Awal kebangkitan Bolsel dari keterpukuran dan ketertinggalan di masa sebelumnya mengharuskan pemimpin Bolsel mengambil sikap melawan. Perlawanan terhadap derasnya arus pertentangan.

(tim redaksi instink.net)

Bagikan berita ini:

Comments are closed.

instink.net