Ember, Panci, Baskom, Sapu, Lesung adalah “Senjata” Mak-Mak

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Saya menaruh iba sekaligus prihatin atas musibah akibat penertiban mak-mak pedagang lapak tikar di Pasar 23 Maret Kotamobagu (berita terkait:
https://bolmora.com/07/2019/29996/tak-terima-ditertibkan-pedagang-pasar-23-maret-hantam-satpol-pp-hingga-bibir-pecah/ , https://www.formakindonews.net/2019/07/di-hantam-dengan-ember-oleh-penjual-bibir-seorang-satpol-pp-kotamobagu-pecah/). Bukan karena Mak-mak melempari ember tepat di bibir seorang pimpinan Satuan Polisi Pamong Praja. Lebih karena akibat serangan memalukan dari mak-mak di pasar.

Kenapa saya sebut ‘memalukan’? Sedikit saya jelaskan alasannya.

Mencoba saya mengajak para pembaca masuk ke dalam rumah sampai ke bagian dapur. Di sana kita jumpai segala aneka perabot rumah tangga. Gelas, piring, sendok, garpu, sapu, sampai dengan alat memasak dan mencuci; ember, panci, baskom, dan dodutu rica (lesung). Perabot rumah tangga ini sangat identik dengan perlengkapan mak-mak.

Adalah sifat naluriah ke-mak-mak-an dengan sangat cekatan meraih ember; baskom; sapu dan melemparnya ke bapak atau orang ketika dirinya merasa diganggu. Namun, itu hanya sebatas bagara (bergurau) karena jengkel. Perlu juga diketahui, perkakas tersebut ada kategori tingkat kejengkelannya. Jika perkakas sapu; baskom; ember melayang masih pada level kewajaran. Tidak heran pula manakala mak-mak menyambit orang dengan sejumlah perkakas dapur itu karena kekesalannya.

Akan halnya menggunakan dodutu sebagai alat perlawanan sudah masuk pada tingkat puncak amarah mak-mak. Untung saja, pimpinan Satpol-PP Kotamobagu ini tidak dihantam mak-mak dengan dodotu rica. Petugas pengawal peraturan daerah ini  tidak perlu panik apalagi sampai gegabah mendatangi kantor polisi. Masih hal lumrah dan alami, kejadian penertiban di pasar 23 Maret Kotamobagu mak-mak melampiaskan amarahnya melempar dengan ember.

Namun sungguh sangat menyayangkan perangai cengeng pimpinan Satpol-PP mengadukan nasibnya karena di lempar ember mak-mak di pasar. Saya juga sudah menduga laporan ke polisi sungguhan atas suruhan atasannya. Ya, sama-sama laki-laki cengeng.

Oleh karena faktor penjelasan di atas, pada prinsipnya, penganiayaan pada penertiban pasar 23 Maret Kotamobagu bukanlah perkara sebenarnya. Bibir pecah akibat lemparan ember mak-mak di pasar lebih pantas dimaknai tindakan pelecehan. Ya, pelecehan sebagai martabat kaum ke-laki-laki-an. Sifat sejati kelakian seyogyanya mampu meredam amarah mak-mak adalah dengan menenangkan. Mengalah dan menghindar akan lebih terhormat.

Sejatinya, ini hanya lolucon bagi bapak-bapak penggangu ibu-ibu.

Penulis adalah Faisal Manoppo, Warga Mogolaing-Kotamobagu

Baca : Seorang Pimpinan Satpol-PP Cengeng dan Mak-Mak yang Melempari dengan Ember

Bagikan berita ini:

Comments are closed.

instink.net