Ratusan warga di Desa Pakuku Jaya Kecamatan Tomini berhamburan keluar rumah, Sabtu (1/8/2020) sekitar pukul 02.00 Wita dini hari. Hujan lebat sejak beberapa hari lalu masih terus mengguyur se antro Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Listrik padam sedari petang membuat suasana pagi buta di desa pesisir itu ikut mencekam.
“So sama deng ada perang. Semua orang keluar dari rumah berteriak banjir. Kita tidak mampu bayangkan suasana itu karena gelap deng hujan keras. Semua orang so panik,” kisah Surahman Sidik, warga pengungsi bencana banjir dari Desa Pakuku Jaya saat dijumpai di Balai Kegiatan Masyarakat, lokasi pengungsian, Sabtu (1/8) malam.
Hanya sepuluh meter dari belakang rumahnya, ia masih sempat memantau jalur sungai mati yang sudah puluhan tahun kering mulai teraliri air kiriman. Jika itu terjadi, pertanda sungai besar di Desa Milangodaa meluap. Dia melihat warga lainnya mulai meninggalkan kampung menuju dataran yang lebih tinggi. Selang berapa menit kemudian air dari belakang rumah mulai masuk sampai di mata kaki. Suara arus sungai deras masih begitu kuat terdengar di tengah guyur hujan dan kesunyian malam. Surahman langsung bergegas meninggalkan rumah beserta istri dan anak semata wayangnya. Di tengah hujan deras dan malam pekat, warga berlarian menuju ke rumah Balai Sanggar Kegiatan Masyarakat berjarak 400 mter di mana datarannya lebih tinggi. Jalanan aspal penuh dengan manusia berlarian takut air bah cepat datang.
Beberapa menit kemudian, tepatnya pukul 03.00 Wita, air bah cepat