BOLMONG – Pemenuhan pangan untuk masyarakat di Indonesia masih terkendala panjangnya mata rantai distribusi pangan. Ini menjadi penyebab harga pangan menjadi tidak stabil, bahkan cenderung meningkat dan mempengaruhi daya beli.
Kementerian Pertanian (Kementan) sejak tahun 2016 telah berupaya memotong mata rantai distribusi pangan ini dengan membangun Toko Tani Indonesia (TTI).
Masalah ini turut menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP), Pemkab melaksanakan Bimbingan Teknis Pengembangan Gapoktan menjadi Toko Tani Indonesia (TTI), selama dua hari, 21-22 November 2019 di Hotel Atlantic, Lolak. Tema yang diangkat, yakni benahi jalur distribusi dengan stabilisasi harga pangan.
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala DKP Bolmong I Nyoman Sukra itu, menghadirkan pemateri antaranya, Sekretaris Daerah Bolmong, Kepala Dinas Pangan Daerah (DPD) Provinsi Sulawesi Utara, Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan DPD Sulut. Kepala Perum Bulog Bolmong, Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian Disnak Bolmong dan pengusaha gilingan mitra TTI kabupaten.
“Bimtek untuk meningkatkan pemahaman Gapoktan terhadap Lembaga Usaha Pangan Masyarakat berkaitan dengan kegiatan toko tani Indonesia,” ujar Sukra pada pembukaan kegiatan.
Lanjut dia, hal ini menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk memperpendek jalur tata niaga pangan. Menurut Sukra, selama ini distribusi yang terlalu panjang menyebabkan disparsitas antara harga yang dijual petani.
“Dengan peningkatan kapasitas kelembagaan penyuluhan penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani dapat berkembang dengan baik,” harapnya.
Kegiatan dihadiri oleh 50 orang peserta yang berasal dari penyuluh di15 kecamatan dan Gapoktan/Poktan.
Editor: Rahmat Putra Kadullah