“Tobayagan diterjang bencana!!”, teriak salah satu orator pengunjuk rasa asal Desa Tobayagan Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) saat berorasi di depan kantor bupati, dalam aksi demonstrasi menolak keberadaan aktivitas tambang emas ilegal di hulu hutan Tobayagan, Senin (17/7/2023).
Sedikitnya sekitar 70-an pemuda asal Desa Tobayagan beriringan berjalan kaki masuk ke pekarangan depan kantor bupati sekitar pukul 13.30 Wita. Dengan sebuah mobil pikap bermuatan genset dan pelantang suara, berjalan perlahan di belakang barisan masa menyuarakan aspirasi pendemo.
“Kami sangat kecewa terhadap bupati dan pemerintahannya karena tidak peduli terhadap aspirasi kami dan masyarakat Tobayagan yang hari ini terdampak atas aktivitas tambang emas ilegal di hulu hutan Tobayagan,” lantang sang orator.
Sejam lebih jalannya aksi hingga pembakaran ban mobil tepat di tengah koridor depan kantor bupati, terpaksa dilakukan oleh demonstran yang tidak puas karena sama sekali tidak ada perwakilan dari pihak pemerintah untuk menerima sejumlah tuntutan pengunjuk rasa.
Akhirnya iringan para pemuda ini memutuskan putar haluan dengan mengarah ke gedung wakil rakyat daerah. Tampak juga belasan petugas kepolisian yang diturunkan oleh Polres Bolsel guna menjaga proses aksi unjuk rasa berjalan tertib dan tidak anarkis.
Tidak lama massa menyampaikan aspirasinya di depan gedung DPRD, demonstran akhirnya diterima oleh Anggota DPRD Salman Mokoagow, setelah dilakukan negosiasi dengan beberapa perwakilan pendemo.
Dari ruang terbuka, gelar penyampaian tuntutan aksi beralih di dalam gedung DPRD, yakni di ruang rapat paripurna.
Rapat dengar pendapat secara terbuka itu dipimpin Salman dan Wakil Ketuda Hartina Badu. Dialog antara dua arah sempat berjalan alot, terutama dari pihak pendemo. Sementara Salman dan Hartina tampak tetap berlaku tenang, tidak terpancing bangun narasi yang bersahutan disampaikan oleh sejumlah perwakilan pendemo.
“Kami pemuda asli dari Desa Tobayagan. Kami mewakili keresahan masyarakat dan orangtua kami yang cemas terhadap keberadaan aktivitas tambang emas ilegal yang merusak hulu hutan Tobayagan. Kami yang nantinya akan menerima dampak langsung atas aktivitas tambang emas ilegal,” teriak lantang Dani, perwakilan pendemo.
Di tengah hujan tuntutan yang dilontarkan oleh para pemuda pendemo, Salman dan Hartina mencoba menenangkan massa dengan menjelaskan sudah sejauh mana langkah dan keputusan yang telah diambil oleh DPRD Bolsel, terkait adanya aktivitas tambang emas ilegal di Bolsel.
“Jauh hari sebelumnya, kami telah turun langsung meninjau lokasi tambang di Tobayagan. Memang kami dapati aktivitas PETI dan telah langsung kami tindaki untuk dihentikan. Selanjutnya ini menjadi bahan kami untuk menghasilkan rekomendasi,” ucap Salman.
Terpisah, Salman Mokoagow mengakui bahwa persoalan PETI harus ada langkah tegas dari pemerintah agar PETI tidak boleh ada di hutan Bolsel.
“Kami akan melibatkan Forkopimda untuk menyelesaikan keberadaan PETI, tidak hanya di Tobayagan, tapi juga di Bolsel,” kata Salman dan Hartina.
Hingga berita ini diturunkan pada pukul 15.27 Wita, debat sengit antara anggota dewan tersebut dan demonstran pemuda asal Desa Tobayagan masih terus berlanjut. (faisal manoppo)