Instink.net, AMBARAWA – Kisah harmoni antar-umat beragama kembali dihadirkan di atas Bumi Serasi, sebutan untuk Kabupaten Semarang.
Dua orang penggembala umat berbeda agama dipertemukan dalam sebuah acara pengajian bertajuk “Ngasor: Ngaji Bareng Ansor” di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Selasa (30/8/2017) malam.
Keduanya tak lain adalah Kiai Budi Harjono, pengasuh Pondok Pesantren Al Islah, Tembalang, Semarang dan Pastor Aloys Budi Purnomo, Pastor Pembantu Paroki Ungaran yang akrab disapa Romo Budi.
Kedua “Budi” ini sejak lama dikenal bersahabat dan sering tampil bareng dalam acara-acara bernuansa kebangsaan.
Romo Budi, begitu Pastor Aloys Budi Purnomo akrab dipanggil mengaku ajakan untuk tampil bareng dalam pengajian yang dihelat oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Jambu ini begitu mendadak. Ajakan itu datang dari Kiai Budi, mewakili panitia.
“Romo, nyuwun pangapunten. Kula kadhapuk paring pengajian kanca-kanca Banser GP Ansor NU Jambu, lan kadhawuhan ngajak Romo (Romo, mohon maaf. Saya diminta mengisi pengajian teman-teman Banser GP Ansor NU Jambu, dan diperintahkan mengajak Romo). Panitia minta saya menghubungi Romo,” kata Kiai Budi, ditirukan Pastor Budi.
Maka setengah jam kemudian, Pastor Budi berangkat ke Jambu bersama tiga pemuda geraja dari Pastoran Ungaran.
“Jangan lupa pakai celana panjang ya,” pesan Romo Budi kepada ketiga pemuda tersebut.
“Kita mau ke Jambu untuk pengajian bersama Kiai Budi,” lanjut pesan singkat Pastor Budi ke ketiga pemuda tersebut.
Sampai di depan pesantren milik Syeh Puji, Jambu, rombongan Pastor Budi menunggu beberapa saat. Rencananya, rombongan Pastor Budi akan dijemput anggota Banser.
Agak lama menunggu akhirnya tiga orang anggota Banser datang bermotor. Pastor Budi mengikuti dari belakang dan ternyata perjalanan menuju lokasi pengajian cukup jauh. Lokasi pengajian tersebut adalah Balai Desa Bedono.
Di tempat tersebut sudah banyak jemaah yang menunggu. Kehadiran Pastor Budi pun mendapat sambutan yang hangat. Tak hanya bersalaman, bak seorang kiai, tangan Pastor Budi juga menjadi rebutan para santri dan anggota GP Ansor untuk dicium.
“Saya terima ciuman pada tanganku itu sebagai berkat dari mereka,” aku Romo Budi.
Sejenak duduk di panggung, Kiai Budi mendaulat Pastor Budi untuk berbicara. Sebelumnya, para jemaah bersama-sama menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”.
Mengenakan baju serba hitam dan blangkon gaya Solo Koncer, Pastor Budi memulai ” Tausiyah” dengan ucapan terima kasih karena sudah diterima dengan baik oleh keluarga GP Ansor dan juga permintaan maaf lantaran datang terlambat ke acara tersebut.
“Syukur pada Allah mendengar lagu ‘Indonesia Pusaka’ digemakan. Lima hari lalu saya menyanyikan lagu ini di Bangkok, merinding! Penuh haru. Dan malam ini lagi lagu ini kudengar di sini,” kata Pastor Budi disambut tepuk tangan hadirin yang memenuhi Balai Desa baik hingga keluar ke halaman.
Pastor Budi mengaku bersyukur mengalami hidup yang rukun dan damai di Bumi Serasi ini. Ia mengajak semua yang hadir untuk selalu menjaga kerukunan dan kedamaian ini. Sebab keutuhan bangsa dimulai dari hidup rukun dan damai masyarakatnya di desa-desa.
“Damai ini bukan hanya untuk kita tetapi untuk bangsa kita, tanah air tempat lahir kita. Mari kita tetap jaga kerukunan dan persaudaraan di antara kita semua apa pun agamanya. Malam ini saya mengalami Islam sebagai rahmatan lil alamin,” lanjutnya.
Akhir tausiyah Pastor Budi ditutup dengan lagu Indonesia Pusaka lagi, namun kali ini dengan alunan saksofon disambung dengan lagu “Tombo Ati”.
Tausiyah berikutnya disampaikan oleh KH Amin Abror, dari Dusun Lendoh, Bedono. Ia mengajak agar umat Islam menempuh jalan hidup yang mulia. Yakni dengan menaati semua perintah Allah, hidup rukun dan saling menghormati.
“Agama Islam mengajarkan agar kita hidup mulia dan jangan hidup hina. Hidup dengan menaati perintah Allah, hidup rukun dan saling menghormati. Lawan dari itu adalah hidup hina. Orang yang suka menyebar fifnah dan adu domba itu orang yang hina. Apalagi menggunakan Al Quran dan hadits untuk memfitnah dan mengadu domba,” kata Kiai Amin.
“Orang yang seperti itu adalah orang yang hina. Justru yang seperti itu melanggar ajaran Islam,” tandasnya.
Acara pengajian kebangsaan yang dihadiri oleh jajaran Muspika Kecamatan Jambu ini juga ditandai dengan pembacaan puisi oleh para pemuda Ansor setempat.
Sumber : kompas.com
Editor : Instink.net