Instink.net, BOLSEL – Kawasan laut Teluk Tomini di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) memiliki daya pikat sendiri. Tidak hanya memiliki puluhan spot bawah laut bagi penggemar diving. Teluk Tomini satu-satunya di Propinsi Sulut ini juga dilirik oleh para pemancing atau populer disebut angler baik dalam bahkan luar negeri.
Ini dibuktikan enam para angler dari tiga kewarganegaaran asing datang ke Kabupaten Bolsel. Mereka ingin merasakan sensasi memancing ikan di kawasan laut Teluk Tomini, Selasa (30/01/2018).
Enam angler tersebut masing-masing dari negara Singapura (empat orang), Malaysia (satu orang) dan Denmark (satu orang). Angler WNA ini datang ke Indonesia atas undangan dari komunitas mancing di Bolmong Raya, yakni Strike BMR Fishing Community (SBMRFC). Dipandu oleh tiga anggota SBMRFC, Luki, Tyo dan Fay, kedatangan mereka merupakan yang perdana di Kabupaten Bolsel.
“Satu orang dari Denmark, dia belum pernah datang ke Indonesia. Tapi pertama kali datang, langsung ke Bolsel hanya untuk memancing,” ujar Luki sebagaimana pengakuan Thue Christainsen warga Denmark yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia.
Diantara mereka, lanjut Luki, seperti Su Wei Loon, Queek Wee Teck, Andrew Lai Mun Pew, dan Tay Li Chen, sebelumnya sudah beberapa kali ke Indonesia. Terakhir mereka datang ke Indonesia, ketika mengikuti turnamen mancing tingkat Internasional di pulau Widi, Propinsi Malaku Utara, akhir Oktober 2017.
“Kami kenal mereka waktu SBMBRFC juga ikut di turnamen pulau Widi. Di sana, kami mengenalkan Bolsel adalah daerah yang bagus juga untuk memancing. Su Wei Lun yang mengerti bahasa Melayu, tertarik. Akhirnya dia datang dan membawa beberapa orang temannya sesama memancing,” kisah Luki, owner Toko Kota Permai Kotamobagu ini.
Dengan menyewa kapal dari nelayan lokal di Bolmong Selatan, selama tiga hari dua malam enam angler WNA ini mengarungi laut Teluk Tomini. Hari demi hari mereka memancing dengan berbagai teknik sport fishing; jigging, casting jigging, dan popping. Namun sayang, hasil tangkapan ikan masih diluar ekspetasi.
“Angin dan ombak menerjang kapal kami setelah gerhana bulan malam itu. Hasil tangkapan tidak maksimal,” ujar Tyo yang turut mendampingi.
Meski begitu, hanya beberapa saja yang cukup beruntung merasakan sensasi menarik ikan di Teluk Tomini. Satu diantaranya yakni Su Wei Loon. Dengan teknik mancing popping, dia berhasil mendaratkan ikan jenis Barakuda seberat 8 kg.
“Sungguh luar biasa. Hanya dapat satu ekor, tapi saya senang,” ucap Wei dengan bahasa Melayu namun beraksen China ini.
Hasil tangkapan ikan Theu Christainsen tidak seberuntung Wei. Pria jangkung ini hanya mendapatkan satu ekor ikan tidak lebih dari 1 kg.
“This time i was out of luck,” ujarnya.
Tapi Thue mengaku cukup beruntung karena bisa menikmati keindahan alam yang ada di Bolsel.
“I love it. Beatiful country,” ucap penggemar teknik mancing Fly Fishing ini.
Selalu ada cara lain untuk menjamu tamu. Tim SBMRFC memanjakan angler WNA ini dengan memberikan hidangan makanan khas Bumi Nyiur Melambai. Ya, sambel dabu-dabu. Quek Wee Teck baru merasakan nikmatnya dabu-dabu iris yang disantapnya di sebuah rumah makan bakar ikan di Kotamobagu. Bahkan dia mencatat resep cara membuat dabu-dabu.
Tim SBMRFC memberikan beberapa buku agenda kepada angler WNA ini sebagai kenangan-kenang. Mereka takjub dengan cover pada buku tersebut yang dibuatkan ornamen batik hand made kreasi karya Nadya Moha, istri Tyo.
“I will make a journal fishing book,” seru Thue menyambut senang atas pemberian tersebut.
Berikut nama-nama angler WNA :
- Su Wei Loon (34), Malaysia, pekerjaan Civil Engineeer
- Saiful Nizam Bin Osman (35), Singapura, pekerjaan Safty Officer
- Quek Wee Teck (39), Singapura, pekerjaan Principal of My Fishing Frenzy Academy
- Ty Li Cheng (37), Singapura, pekerjaan Ligistics Officer
- Andrew Lai Mun Pew (49), pekerjaan Sales Manager
- Thue Christainsen (51), pekerjaan Self Employed
Jurnalis : Rama Yudistira
Editor : Bonny Hardian