Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) berhasil mendeteksi keberadaan musang sulawesi. Hewan ini terlihat pada Sabtu (13/4/2019) dini hari sekira pukul 03.12 Wita, melalui kamera penjebak yang terpasang di gunung Poniki, Kecamatan Dumoga Barat. Tercatat sejak tahun 2017, satwa pemalu ini telah 22 kali terdeteksi di tiga lokasi Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yaitu, SPTN 1 Limboto sebanyak 16 kali, SPTN 2 Doloduo sebanyak lima kali, dan satu kali di SPTN 3 Maelang. Gunung Poniki terletak di wilayah SPTN 2 Doloduo. Catatan kehadiran hewan yang latinnya disebut Macrogalidia Musschenbroekii ini diperoleh dengan menggunakan kamera penjebak, laporan masyarakat, maupun perjumpaan langsung.
Terdeteksinya hewan terbilang langka ini bagian dari monitoring satwa kunci dalam pengembangan kegiatan Resort Based Management (RBM) di TNBNW.
“Kegiatan ini merupakan rangkaian monitoring secara menyeluruh dengan menggunakan kamera penjebak untuk kawasan TNBNW, namun kami memilih beberapa lokasi penting untuk mendalami keberadaan satwa kunci lebih lanjut dengan menggunakan kamera penjebak ini lebih intensif,” kata Ketua Tim Monitoring, Herman Lumenta, Rabu (15/5/2019).
Dijelaskannya, Musang Sulawesi adalah satu-satunya ordo carnivora asli Sulawesi dan tersebar terbatas hanya pada beberapa tempat di Sulawesi Utara, Tengah, dan Tenggara. Menurut badan konservasi dunia IUCN, keberadaannya berstatus rentan (Vulnarable) akibat gangguan dan perubahan habitat serta perburuan.
“Rangkaian perjumpaaan di kawasan TN Bogani Nani Wartabone ini menambah catatan wilayah persebaran satwa ini yang memang terbatas informasinya. Ini menegaskan bahwa TNBNW merupakansalah satu kawasan kunci dan terpenting bagi penyebaran musang sulawesi,” tukasnya.
Disisi lain, Kepala Balai TNBNW, drH Supriyanto mengatakan, perjumpaan musang sulawesi diharapkan dapat mendorong penelitian untuk mendalami informasi berdasarkan hasil dari kamera penjebak,
“Monitoring satwa kunci dengan penggunaan kamera penjebak ini dapat dilakukan secara reguler dan mendorong penelitian-penelitian lain untuk memperdalam informasi yang telah diperoleh dari kamera penjebak tersebut,” harapnya.
Supriyanto sangat mengapresiasi kerja keras seluruh staf di tingkat Resort sampai di tingkat balai dan dukungan mitra dalam pelaksanaan RBM, sehingga kualitas dan kuantitas data TNBNW dapat terus ditingkatkan.
Ditambahkannya, monitoring satwa kunci dengan penggunaan kamera penjebak di kawasan TNBNW merupakan kerjasama yang dilakukan balai dengan mitra, khususnya EPASS-project dalam pengadaan kamera penjebak, serta WCS-Indonesia Program dalam teknis pelaksanaannya.
“Saat ini telah dilakukan survei kamera penjebak di bagian timur dan barat kawasan. Di tahun 2019, akan segera dilaksanakan survey lanjutan untuk bagian utara kawasan,” jelasnya.
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (282.008,757 hektar) merupakan kawasan konservasi darat terluas di Sulawesi, yang berada di dua wilayah provinsi, yaitu Sulawesi Utara dan Gorontalo. Selain musang sulawesi, kawasan ini juga menjadi habitat terbaik bagi dua jenis anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlessi), dua jenis monyet (Macaca nigra dan M. nigrescens), Babirusa sulawesi (Babyrousa celebensis), Maleo (Macrocephalon maleo), Julang Sulawesi (Rhyticeros cassidix), dan satwa lainnya.
Editor : Rahmat Putra Kadullah