Instink.net, BOLSEL – Banyak cara kreatif yang dilakukan oleh rakyat Indonesia untuk menggugah rasa kecintaan terhadap bangsa dalam memperingati hari Kemerdekaan RI ke-72 tahun ini. Sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam, pemuda asal Desa Tolondadu Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), menggelar upacara bendera di tengah hutan, Kamis (17/8/2017).
Keunikannya, pecinta alam yang masih beranggotakan 17 orang pemuda ini, mengimbarkan bendera merah putih tepat di lokasi Goa Alam. Peringatan hari Kemerdekaan RI di Goa Alam merupakan inisiatif para pemuda desa yang menginginkan tempat ini serta sekitar hutannya dapat dijaga dan terpelihara dengan baik. Sebab, tidak jauh dari hutan, juga terdapat bekas pengolahan tambang emas yang sempat diberhentikan oleh warga setempat, delapan tahun silam.
Upacara bendera oleh pemuda Tolondadu mengusung tema “Menumbuhkan Solidaritas Agar Terbentuk Insan Muda yang Berintegritas dan Berdedikasi Terhadap Kekayaan Alam” di Goa Alam, harus melalui perjalanan yang cukup panjang. Sekitar 6 kilometer perjalanan dari kampung ditempuh sampai ke lokasi Goa Alam. Karena menyusuri hutan dan berbukit, normal jalan kaki memakan waktu 3-4 jam. Kondisi cuaca hujan lebat menambah kesulitan menapak tilas ke Goa Alam.
Diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, sang saka Merah Putih untuk yang kali pertama akhirnya berkibar di Goa Alam. Hujan yang tidak berhenti sejak pagi hari, tidak menyurutkan semangat pemuda Tolondadu yang dipimpin Alan Pulumai ini redup. “Kami sangat bangga punya semangat bersatu yang besar untuk mencintai alam. Inilah cara kami mencintai alam,” ucap Alan.
Goa Alam setahun lalu didapati oleh pemuda Tolondadu. Mereka penasaran dengan cerita orang tua kampung tentang keberadaan goa tua di desanya. Konon Goa Alam, begitu nama tempat ini disematkan oleh pemuda Tolondadu, tidak berujung. Beberapa kali mereka pernah menyusuri kedalaman goa yang muncul sejak jaman penjajahan itu, namun tidak didapati ujungnya. Malah semakin gelap dan sesak nafas.
Jurnalis : Mathox Kadullah
Editor : Bonny Hardian
