Menikmati kopi tak perlu memilih tempat. Bagi penikmatnya, kopi adalah penyemangat.
Sabtu malam di Hutan Kota “Bonawang”, Buyung Mamonto menyeduh kopi untuk saya nikmati dalam riung bersama anggota HPPA Biosfer dan KMPA Maleo. Malam itu, mendadak saya diajak camping.
Berada di puncak “Bonawang” bagi saya adalah perjuangan. Mengingat jalan menanjak menjadi “musuh” dalam kurun waktu puluhan tahun belakangan. Jika tidak berada diantara perempuan-perempuan tangguh, tak ada gengsi berbalik arah. Padahal, malam itu juga, saya ditawarkan ngopi oleh kawan dari Manado disebuah cafe.
Kembali sedang menikmati kopi dengan celoteh-celoteh ringan, Deden dan Rasyid tiba-tiba muncul. Deden yang dijuluki si-audioman, tentunya tak lupa membawa speaker bluetooth miliknya, yang memang sudah dinyalakan saat menanjak menuju lokasi tenda dan hammock yang dipasang.
Lagu-lagu dari Slank, Queen dan banyak lagi, silih berganti melantun keras. Namun, pada lagu dari Fiersa Besari menghentikan jemari saya yang sedang menulis berita. Lirik demi lirik dari lagu “Waktu yang salah” menarik perhatian. Bisa dibilang menggugah. Namun, ada semangat baru usai mendengar lagu itu. Tulisan yang sempat terhenti cepat terselesaikan.
Makin larut, gitar dimainkan. Suara pas-pasan kami memecah kesunyian. Lagu-lagu Iwan Fals banyak kami nyanyikan. Sayangnya, saya tak bisa melanjutkan bernyanyi.
Pukul 03.29 Wita, saya dan Rahman Rahim harus pamit. Kami ada janji dengan perempuan cantik di Minggu pagi ini pukul 10.00 Wita, yang akan menjadi nara sumber untuk berita. Lagu “Angin Malam” milik Chrisye, mengantarkan kami turun melewati tanaman nanas.
Oh iya, malam hari di puncak “Bonawang”, Kotamobagu terlihat indah dengan cahaya lampu dari rumah penduduk.
Penulis: Rahmat Putra Kadullah